Oktober 27, 2022
0


Candi Borobudur diperkirakan dibangun sekitar Abad ke-8 dan ke-9 Masehi di era Dinasti Syailendra yang merupakan penganut agama Buddha Mahayana.

Menurut sejarawan Peter Carey, Candi Borobudur pada masa itu menjadi monumen agama, sebagai tempat kontemplasi yang juga menggambarkan perjalanan sang Buddha, sekaligus menjadi simbol hubungan antara raja dan rakyatnya.

Sampai saat ini, belum ditemukan sumber-sumber tertulis yang menyebutkan secara pasti kapan Candi Borobudur dibangun serta berapa lama proses pembangunannya. Oleh sebab itu, usia Candi Borobudur tidak dapat ditentukan secara pasti.

Para ahli memperkirakan candi ini dibangun pada abad ke-8. Perkiraan itu berdasar pada analisis paleografis terhadap tulisan yang terpahat di atas relief Karmawibangga -relief yang menggambarkan sebab akibat perbuatan baik di kaki Candi Borobudur—dibandingkan dengan tulisan pada prasasti lain yang telah diketahui penanggalannya.

Candi Borobudur dibangun menggunakan dua juta batu andesit yang berasal dari sungai di sekitar wilayah candi.

Balai Konservasi Borobudur menyebutkan bahwa susunan bangunan Candi Borobudur terdiri dari sembilan teras berundak dan sebuah stupa induk di puncaknya. Sembilan teras itu terdiri dari enam teras berdenah persegi dan tiga teras berdenah lingkaran.



Menurut legenda, Candi Borobudur didirikan oleh arsitek bernama Gunadharma, tetapi secara historis hal itu belum diketahui secara pasti.

Sedangkan sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya yang diterbitkan pada 1950 memperkirakan pendiri Candi Borobudur adalah Smaratungga yang memerintah pada tahun 782-812 pada masa Dinasti Syailendra.

Tetapi menurut Casparis, pembangunan Borobudur memakan waktu hingga setengah abad dan baru selesai pada masa putrinya, yakni Ratu Pramudawardhani.

Arkeolog asal belanda, W.F. Sutterheim menyebutkan bahwa Candi Borobudur dihiasi dengan lebih dari 2.500 panel relief dan 504 patung. Kubah pusatnya memiliki 72 patung yang berada di dalam stupa.

Guru Besar dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Gede Mugi Raharja menuliskan dalam makalahnya bahwa arsitektur Candi Borobudur merupakan perpaduan antara filosofi Buddha dengan budaya Nusantara.

Bentuk arsitekturnya yang setengah bola tersusun atas tiga tingkatan, yakni Kamadhatu yang dipenuhi relief manusia dipenuhi hawa-nafsu, kemudian Rupadhatu yang menggambarkan manusia memerangi hawa nafsunya namun masih terikat dengan unsur duniawi.

Sedangkan pada tingkat ketiga, Arupadhatu, tidak lagi dihiasi dengan relief-relief sebagai wujud tidak terikat dengan unsur duniawi.

Candi Borobudur, tulis Raharja, juga mengacu pada kosmologi Nusantara yang berorientasi ke gunung dengan pola bangunan punden berundak.

Sumber : https://www.bbc.com

0 comments:

Posting Komentar

Namsan Tower

  Menara Seoul N   ( Hangul :  Nμ„œμšΈνƒ€μ›Œ ), atau resminya bernama   Menara Seoul YTN [1]   dan biasanya disebut   Menara Namsan   atau   Menara ...